Pada mulanya Fosma
bukan pergerakan yang menyebar ke setiap
pelosok daerah di Indonesia seperti yang ada saat ini. Fosma lahir dari sebuah
pengajian yang dilakukan rutin sebulan sekali. Meski anggota yang hadir
pengajian pada waktu itu sedikit. Namun isi dari pengajian yang berkualitas, menjadikan
para anggotanya memiliki pribadi yang memiliki semangat tinggi. Semangat tinggi
untuk mendekat pada Ilahi, menuntut ilmu dan menjalin silaturahmi. Kepekaan dan
kepedulian akan kondisi masyarakat yang jauh dari nilai-nilai islam dan moral
membuat para anggota pengajian memiliki gagasan untuk melakukan perubahan untuk
Indonesia. Kemudian didirikanlah Fosma, oleh Satria Wicaksono delapan tahun
lalu.
Pendirian FOSMA 165 di
berbagai daerah tidak lepas dari peran Obbie Solichin, salah satu pionir FOSMA
165 yang saat itu bekerja di ARP (bagian card center). Di setiap training ESQ
yang diselenggarakan di daerah-daerah, Obbie selalu ‘memprovokasi’
alumni-alumni mahasiswa untuk mendirikan FOSMA 165 di tempatnya masing-masing.
Tawaran Obbie disambut dengan sangat hangat oleh teman-teman daerah. Ternyata
teman-teman di daerah juga memiliki visi yang sama, yaitu membangun wadah untuk
berjuang menyebarkan 165.
Sebelum FKA ESQ berdiri, FOSMA 165 telah menjalar ke hampir seluruh
daerah yang pernah mengadakan training ESQ. Persaudaraan antar FOSMA 165
semakin erat setelah pada bulan Februari tahun 2007 berhasil diadakan Munas dan
Rakernas untuk pertama kalinya.
Bentuk Total action FOSMA 165 tertuang dalam program kerja. Masing-masing
daerah memiliki bentuk-bentuk perjuangan yang berbeda-beda, bahkan bisa
dibilang masing-masing daerah memiliki ciri khas masing-masing. FOSMA 165
Jogjakarta terkenal dengan Seminar dan Workshop Corporate Social Responsibility
(CSR)-nya. FOSMA 165 Jawa Barat terkenal dengan Youth Camp dan
kegiatan-kegiatan bertemakan ‘Rudi dan Sikat Gigi’-nya. FOSMA 165 Bekasi sering
diundang oleh SMP dan SMA dari berbagai kota, bahkan oleh Lembaga
Permasyarakatan (Lapas) Anak, untuk memberikan training motivasi, LDKS (Latihan
Dasar Kepemimpinan Sekolah), GeMAH (Gerakan Moral Asmaul Husna), dan Seminar
Freesex,
Aborsi, dan Narkoba. FOSMA 165 Jadetabek hadir dengan ide kegiatan ‘1000 Senyum
Ramadhan’ dan training khusus aktivis BEM yang lebih dikenal dengan training
Generasi Emas (GE). Namun, kegiatan yang pasti dimiliki oleh setiap cabang
FOSMA 165 adalah kegiatan sosial. Kegiatan sosial tersebut bisa bermacam-macam
seperti donor darah, penjualan sembako murah, pengobatan gratis, santunan anak
yatim piatu, sampai aksi cepat tanggap penanggulangan bencana alam.
FOSMA 165 juga bersinergi dengan ESQ LC dan FKA ESQ dalam menjalankan
program-programnya seperti membantu mengkoordinir ATS (Alumni Training Support)
dan membantu acara-acara yang diselenggarakan oleh FKA ESQ. Bentuk lain dari
sinergitas FOSMA 165 dengan ESQ LC adalah dalam upaya mengganti Ospek yang
penuh penggojlokan fisik dan mental dengan training ESQ. Upaya FOSMA 165 dalam
mewujudkan tujuan tersebut dengan mengadakan training Generasi Emas (GE) khusus
aktivis BEM. Ketua FOSMA 165 Indonesia, Fauzi Manurung, merupakan pencetus ide
tersebut. Saat itu Fauzi masih menjadi Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan
FOSMA 165 DKI Jakarta (sebelum berubah nama menjadi FOSMA 165 Jadetabek). “Ide
itu (membuat training GE) muncul karena kita merasa perlu untuk mengembangkan
FOSMA 165 sampai ke kampus-kampus untuk menggantikan kegiatan Ospek dengan training
ESQ,” katanya. “Sejak itu grafik swagriya training ESQ mahasiswa meningkat
sangat tajam.” Oleh FOSMA 165 DKI Jakarta, ide training GE dilempar ke
daerah-daerah, dan sekarang sudah banyak FOSMA 165 di daerah yang mengadakan
training GE.
Seiring makin banyaknya swagriya training ESQ mahasiswa, makin banyak pula
FOSMA 165 komisariat kampus berdiri. FOSMA 165 komisariat ini kemudian
bersinergi dengan BEM universitas maupun fakultas dalam mengadakan acara-acara.
FOSMA 165/ FOSMA ESQ UNS
diharapkan menjadi wadah terbentuknya karakter mahasiswa-mahasiswa yang kuat
secara , spiritual, intelektual, dan moral, sehingga kelak mereka
akan menjadi pelaku utama pembangunan sosial, budaya, ekonomi, politik dan
IPTEK Indonesia di masa yang akan datang.
B. VISI
Terwujudnya sistem dan struktur FOSMA yang berasaskan kekeluargaan dalam rangka membentuk mahasiswa yang kokoh dalam karakter, spiritual, intelektual, dan moral.
C. MISI
1. Mengoptimalkan pola koordinasi antar departemen.
2. Mengoptimalkan sistem kaderisasi dalam rangka membentuk mahasiswa yang berkarakter, berspiritual, berintelektual, dan bermoral.
3. Memperkuat eksistensi FOSMA di tingkatan Fakultas dan Universitas
4. Pemberdayaan kader untuk mengoptimalkan pergerakan FOSMA.
5. Mengoptimalkan nilai-nilai 165 di lingkungan Fakultas dan Universitas.
Mensinergikan nilai-nilai 7 budi utama dengan ACTIVE di lingkungan Universitas.